Puisi Topeng Oleh | Muhtar Idont |
Sebuah peran dibalik topeng. Angkuh lusuh terkulai. Artikulasi yang minim membuatnya terjerat
dan lunglai.
Walau bagaimanapun lihaimu memerankannya tetap saja keaslianmu terkuak. Aibmu yang busuk,
lidahmu yang bercabang, bermuka dua, kemenduaan yang tersandera.
Sayangnya kau sudah tua, badanmu bungkuk, kau sudah tidak lihai dan piawai lagi, tinggal
menghitung gigi yang tinggal berapa.
Kami menuntut keorisinilan, cinta, dan kehangatan.
Ayolah jangan lagi memainkan peran yang kami sudah bosan dengan nya.
Salam cinta dari kami yang bosan
kepada mereka yang selalu berkompromi dengan keadaan, lebih mencari rasa aman ketimbang bangkit melawan.
0 komentar